Tuesday, June 30, 2015

BRONKOPNEUMONIA


A.    Pengertian

Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru ( Betz C, 2002 )
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2001)
Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001)
Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak - anak

B.     Etiologi

Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini
Sebenarnya pada diri manusia sudah ada kuman yang dapat menimbulkan pneumonia sedang timbulnya setelah ada faktor- faktor prsesipitasi yang dapat menyebabkan timbulnya.
Y Bakteri
 Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.
Y Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.
Y Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung.
Y Protozoa
Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.



C.    Manifestasi klinis

Y Pneumonia bakteri
Gejala awal :
-         Rinitis ringan
-         Anoreksia
-         Gelisah
Berlanjut sampai :
-         Demam
-         Malaise
-         Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )
-         Ekspirasi bebunyi
-         Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan
-         Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan
-         Leukositosis
-         Foto thorak pneumonia lobar
Y Pneumonia virus
Gejala awal :
-         Batuk
-         Rinitis
Berkembang sampai
-         Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu
-         Emfisema obstruktif
-         Ronkhi basah
-         Penurunan leukosit
Y Pneumonia mikoplasma
Gejala awal :
-         Demam
-         Mengigil
-         Sakit kepala
-         Anoreksia
-         Mialgia
          Berkembang menjadi :
-         Rinitis
-         Sakit tenggorokan
-         Batuk kering berdarah
-         Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak

D.    Patofisiologi

Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh mikroorganisme patogen yaitu virus dan stapilococcus aurens, H. Influenza dan streptococcus pneumoniae bakteri.
Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel lobus. Terjadinya destruksi sel dengan menanggalkan debris celluler ke dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas.
Pada anak kondisi ini dapat akut maupun kronik misal pad AIDS, Cystic Fibrosis, aspirasi benda asing dan congenital yang dapat meningkatkan risiko pneumonia.

E.     Pemeriksaan diagnostik

1. Foto polos   : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status pulmoner
2. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigenasi
3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
4. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
5. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
6. jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bakterial
7. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
8. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
9. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
     virus





Pathway




F.      Penatalaksanaan medis

§  Pengobatan supportive bila virus pneumonia
§  Bila kondisi berat harus dirawat
§  Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena
§  Antibiotik sesuai dengan program
§  Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik

G.   Penatalaksanaan perawatan

1. Pengkajian
-                Kaji status pernafasan
-                Kaji tanda- tanda distress pernafasan
-                Kaji adanya demam, tachicardia, malaise, anoreksia, kegeisahan
2. Diagnosa keperawatan
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret di jalan nafas
2.      Gangguan petukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi exudat
3.      Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea
4.      Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan infus
5.      Risiko tinggi terjadi kerussakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest total
6.      Risiko tinggi terjadi cedera berhubungandengan kejang
3. Perencanaan
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan  sekret di jalan nafas
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam jalan nafas menjadi bersih
Kriteria:
-    Suara nafas bersih tidak ada ronkhi atau rales, wheezing
-    Sekret di jalan nafas bersih
-    Cuping hidung tidak ada
-    Tidak ada sianosis

Intervensi:
-          Kaji status pernafasan tiap 2 jam meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu nafas, warna kulit
-          Lakukan suction jika terdapat sekret di jalan nafas
-          Posisikan kepala lebih tinggi
-          Lakukan postural drainage
-          Kolaborasi dengan fisiotherapist untuk melaakukan fisiotherapi dada
-          Jaga humidifasi oksigen yang masuk
-          Gunakan tehnik aseptik dalam penghisapan lendir
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya penumpukan cairan di alveoli paru
Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pertukaran gas dalam alveoli adekuat.
Kriteria:
-                      Akral hangat
-                      Tidak ada tanda sianosis
-                      Tidak ada hipoksia jaringan
-                      Saturasi oksigen perifer 90%
Intervensi:
-                      Pertahankan kepatenan jalan nafas
-                      Keluarkan lendir jika ada dalam jalan nafas
-                      Periksa kelancaran aliran oksigen 5-6 liter per menit
-                      Konsul dokter jaga jika ada tanda hipoksia/ sianosis
-                      Awasi tingkat kesadaran klien
3.      Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam, menurunnya intake dan tachipnea
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria hasil:
-          Tidak ada tanda dehidrasi
-          Suhu tubuh normal 36,5-37 0C
-          Kelopak mata tidak cekung
-          Turgor kulit baik
-          Akral hangat
Intervensi:
-          Kaji adanya tanda dehidrasi
-          Jaga kelancaran aliran infus
-          Periksa adanya tromboplebitis
-          Pantau tanda vital tiap 6 jam
-          Lakukan kompres dingin jika terdapat hipertermia suhu diatas 38 C
-          Pantau balance cairan
-          Berikan nutrisi sesuai diit
-          Awasi turgor kulit
4.      Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif pemasangan infus
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi akibat pemasangan infus.
Kriteria hasil:
-          Aliran infus lancar
-          Tidak ada tanda infeksi pada tempat pemasangan infus
-          Suhu tubuh dalam batas normal
-          Tidak ada tromboplebitis
Intervensi:
-          Awasi adanya tanda- tanda infeksi pada tempat pemasangan infus
-          Jaga kelancaran aliran infus
-          Jaga kenbersihan tempat pemasangan infus
-          Jaga tempat pemasangan infus tetap kering
-          Tutup tempat pemasangan infus dengankasa betadin
-          Ganti lokasi pemasangan infus tiap 3 x 24 jam
5.      Risiko tinggi terjadi kerussakan integritas kulit berhubungan dengan bed rest total
Tujuan: seletah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria hasil:
-          Tidak terdapat luka dekubitus pda lokasi yang tertekan
-          Warna kulit daerah tertekan tidak hipoksia, kemerahan
Intervensi:
-          Lakukan massage pada kulit tertekan
-          Monitor adanya luka dekubitus
-          Jaga kulit tetap kering
-          Berikan kamfer spiritus pada punggung  dan daerah tertekan
-          Jaga kebersihan dan kekencangan linen
6.      Risiko tinggi terjadi cedera berhubungandengan kejang
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi injuri akibat kejang
Kriteria hasil:
-                      Tidak ada injuri pada bagian tubuh jika terjadi kejang
-                      Orang tua selalu mengawasi disamping anaknya
-                      Orang tua melapor jika terjadi kejang
-                      Tempat tidur terpasang pengaman
Intervensi:
-                      Pasang pengaman di sisi tempat tidur
-                      Anjurkan orang tua untuk melapor jika terjadi kejang
-                      Siapkan sudip lidah/ pasang pada mulut pasien
-                      Kolaborasi berikan anti kejang luminal dan diazepam
-                      Berikan obat sesuai program
-                      Awasi adanya kejang tiap 15 menit sekali


  
Daftar pustaka

  1. Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2001
  2. Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta: 
  3. Infomedika;2000

  1. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC; 1997
  2. Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002
  3. Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia:




 ASKEP ANAK DENGAN ENCEPHALITIS


Pengertian
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.

Patogenesis Ensefalitis
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
ü  Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
ü  Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah
Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
ü  Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di
Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.

Penyebab   Ensefalitis:
Penyebab terbanyak    : adalah virus
Sering                          : - Herpes simplex
- Arbo virus
Jarang                          : - Entero virus 
- Mumps
- Adeno virus
Post Infeksi                 : - Measles
- Influenza
- Varisella     
Post Vaksinasi : - Pertusis
Ensefalitis supuratif akut :
Bakteri penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus, Streptokok, E.Coli, Mycobacterium dan T. Pallidum.

Ensefalitis virus:
Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili,virus rabies,virus rubella,virus denque,virus polio,cockscakie A,B,Herpes Zoster,varisela,Herpes simpleks,variola.

Gejala-Gejala yang mungkin terjadi pada Ensefalitis :
-          Panas badan meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy ,kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
-          Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang.

PENGKAJIAN
1.            Identitas
Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
2.            Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
3.            Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala.
4.            Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
5.            Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh : Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E , Coli, dll.
6.            Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP
Karena ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
-                Pertumbuhan dan Perkembangan

POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kebiasaan
sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur ,kebiasaan buang air besar di WC,lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)
Status Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.

Pola Nutrisi dan Metabolisme
Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan Nutrisi
Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.,
Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandai
Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.
Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh.
Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal.
Menurutrumus dari BEHARMAN tahun 1992, umur 1  sampai 6 tahun
Umur (dalam tahun) x 2 + 8
Tinggi badan menurut BEHARMAN umur 4 sampai 2 x tinggi badan lahir.
Perkembangan badan biasanya kurang karena asupan makanan yang bergizi kurang.
Pengetahuan tentang nutrisi  biasanya pada orang tua anak yang kurang  pengetahuan tentang nutrisi.
Yang dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.

Pola Eliminasi
Kebiasaan Defekasi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.
Kebiasaan Miksi sehari-hari
Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
Jika kebutuhan cairan terpenuhi.
Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun, konsentrasi urine pekat.

Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.

Pola Aktivitas
a.   Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
b.   Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.
Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan latihan pasif sesuai ROM
Kekuatan otot berkurang karena px Ensefalitisdengan gizi buruk .
Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi ane
berat,aktifitas togosit turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum, gangguan pertumbuhan.

Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi dengan keluarga / orang lain  biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.

Pola Persepsi dan pola diri
Pada klien Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri
Yang meliputi Body Image ,seef Esteem ,identitas deffusion deper somalisasi belum bisa menunjukkan perubahan.

Pola sensori dan kuanitif
a.   Sensori
-          Daya penciuman
-          Daya  rasa
-          Daya raba
-          Daya penglihatan
-          Daya pendengaran.

b.   Kognitif :

Pola Reproduksi Seksual
Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis tidak ada.

Pola penanggulangan Stress
Pada pasien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran  :
-  Stress fisiologi à biasanya anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja ,tidak bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.
-          Stress Psikologi tidak di evaluasi.

Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Anak umur 3-4 tahun belumbisa dikaji

PEMERIKSAAN LABORATORIUM / PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.

Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING TERJADI
1.         Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.
2.         Resiko tinggi perubahan peR/usi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.
3.         Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umu.
4.         Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
5.         Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
6.         Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.
7.         Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.
8.         Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.
9.         Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.
10.     Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.


DIAGNOSA  KEPERAWATAN  I.

Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
Tujuan:
-  tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
-  Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi
1.      Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunmjung. Pantau dan batasi pengunjung.
R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.
2.      Abs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.
R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan Meningkosamia .
3.      Berikan antibiotika sesuai indikasi
R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.

DIAGNOSA KEPERAWATAN II

Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum
Tujuan :
-          Tidak terjadi trauma

Kriteria hasil    :
-          Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain

Intervensi :
1.   Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.
R/. Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak tergigit.
      Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.
2.      Pertahankan tirah baring dalam fase akut.
R/. Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.
3.      Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.
R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.
4.      Abservasi tanda-tanda vital
R/. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN  III

Resiko terjadi kontraktur b/d kejang spastik berulang

Tujuan             :
-          Tidak terjadi kontraktur
Ktiteria hasil    :
-          Tidak terjadi kekakuan sendi
-          Dapat menggerakkan anggota tubuh

Intervensi

1.      Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik , terjadi kekacauan sendi.
R/ . Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau membantu program perawatan .
2.      Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap
R/    Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor.
3.      Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam
R/    Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan peR/usi ke jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh .
4.      Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam
R/   Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera
5.      Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi
R/   Diberi dilantin / valium ,bila terjadi kejang  spastik ulang



DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.

Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran Salemba, Jakarta, 1986.

Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.

Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.


   



No comments:

Post a Comment