COMOTIO CEREBRI
A.
Pengertian
Dalam beberapa buku dan literatur ada beberapa
definisi dari Comotio cerebri atau gegar otak, diantaranya yaitu:
-
Kamus
Kedokteran, 2000
Comotio cerebri atau gegar otak adalah gangguan
fungsional sementara tanpa kelainan organik, disebabkan oleh benturan langsung
atau tidak langsung.
-
Hudak &
Gallo,1996
Gegar serebral adalah sindrom yang
melibatkan bentuk ringan dari cedera otak menyebar. ini adalah disfungsi
neurologis sementara dan bersifat dapat pulih dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran.
-
Engram,B, 1998
Comotio Cerebri adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan kehilangan kesadaran sementara tanpa adanya kerusakan jaringan
otak.
Pengertian Vulnus laceratum atau luka
robek menurut Arif Mansjoer, dkk, 2000 adalah luka dengan tepi yang tidak beraturan
atau compang camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul.
Sedangkan pengertian lain dari Vulnus
laceratum merupakan luka yang tepinya tidak rata atau compang-camping
disebabkan proses benda yang permukaannya tidak rata (Sjamsuhidajat, Wim de
Jong, 1997, hal. 105).
B. Kriteria Cedera Kepala
Kategori penentuan keparahan Cedera
Kepala berdasarkan nilai Glasgow Coma Scale (GCS).(Arif Mansjoer,dkk, 2000, hal
3)
-
Ringan : GCS
14-15
-
Sedang : GCS
9-13
-
Berat : GCS
3-8
Kategori penentuan keparahan Cedera
Kepala menurut Barbara C Long, 1996, hal 204 : Cedera Kepala bisa terbuka atau
tertutup, luka kepala terbuka akibat Cedera Kepala dengan pecahnya tengkorak,
sedangkan Cedera Kepala tertutup diantaranya adalah :
-
Comotio Cerebri : Tidak ada perubahan struktur
-
Kontusio Cerebri :
Ada perubahan struktur
-
Laserasi : Ada perubahan struktur
dan ada perdarahan.
C. Etiologi
Etiologi Comotio Cerebri biasanya
berasal dari trauma langsung dan tidak langsung pada kepala :
1.
Trauma tidak
langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau kekuatan yang merobek terkena
pada kepala akibat menarik leher.
2. Trauma langsung bila kepala langsung terluka.
Yang bisa mengakibatkan trauma
langsung maupun tidak langsung diantaranya adalah kecelakaan bermotor, jatuh,
kecelakaan industri, dan olah raga.
(Barbara, C.Long, 1996, hal. 203)
D. Pathofisiologi
Comotio Cerebri dengan
disertai edema dapat menyumbat sirkulasi CSF baik langsung atau tidak yang
berakibat tekanan intrakranial meningkat. Bersamaan dengan terjadinya edema
otak gangguan sirkulasi lokal maupun sistemik dan dapat disertai anoksia.
(Barbara C. Long, 1996, hal. 204)
Comotio Cerebri dapat
menyebabkan perubahan fisiologis sehingga terjadi gangguan faal berbagai organ
:
-
Pola Pernafasan
Karena
neurofisiologi pernafasan sangat kompleks, kerusakan neurologis dapat
menimbulkan masalah pada beberapa tingkat. Beberapa lokasi pada hemisfer
serebral mengatur kontrol volunter terhadap otot yang digunakan pada pernafasan
pada sinkronisasi dan koordinasi serebelum pada upaya otot. Nukleus dan area
otak tengah dari batang otak mengatur automatisasi pernafasan.
Pusat
ini bisa dicederai oleh peningkatan TIK dan hipoksia serta oleh cedera langsung
atau interupsi aliran darah. Comotio Cerebri yang mengubah tingkat
kesadaran biasanya menimbulkan hipoventilasi alveolar karena nafas dangkal.
Faktor ini akhirnya dapat menimbulkan gagal pernafasan yang mengakibatkan laju
mortalitas tinggi pola pernafasan berbeda dapat diidentifikasi bila terdapat
disfungsi intrakranial. (Hudak dan Gallo, 1996, hal. 229).
-
Kerusakan Mobilitas Fisik
Akibat
utama dari Comotio Cerebri dapat mempengaruhi gerakan tubuh. Hemisfer atau
hemiplegia dapat terjadi sebagai akibat dari kerusaka pada area motorik otak.
Selain itu, pasien dapat mempunyai kontrol volunter terhadap gerakan dalam
menghadapi kesulitan perawatan diri dan kehidupan sehari-hari yang berhubungan
dengan postur, spastisitas atau kontraktur.
Pada
disfungsi hemisfer bilateral atau disfungsi pada tingkat batang otak, terdapat
kehilangan penghambat serebral dari gerakan atau nuclonter terdapat gangguan
tonus otot dan penampilan postur abnormal yang pada saatnya dapat membuat
komplikasi seperti peningkatan spasitisitas dan kontraktur. (Hudak dan Gallo,
1996, hal. 230).
-
Keseimbangan Hidrasi
Hampir
semua pasien Comotio Cerebri akan mempunyai masalah untuk mempertahankan
status hidrasi yang seimbang. Dalam keadaan stress fisiologis makin banyak
hormon antidiuretik dan makin banyak aldosteron di produksi mengakibatkan
retensi cairan dan natrium. Proses membaik dengan sendirinya dalam sehari atau
dua hari bila diuresis terjadi. (Hudak dan Gallo, 1996, hal. 230-231).
-
Aktivitas Menelan
Suatu
keadaan katabolisme dan keseimbangan nitrogen negatif adalah temuan yang
umumnya pada pasien dengan Comotio Cerebri. Gangguan area motorik dan sensorik
dari hemisfer serebral akan merusak kemampuan untuk mendeteksi adaya makanan
pada sisi mulut dipengaruhi dan untuk memanipulasinya dengan gerakan pipi dan
lidah. Selain itu reflek menelan dari batang otak mungkin hiperaktif atau
menurun sampai hilang sama sekali. Hasil fungsional adalah tersedak, batuk
tidak efektif atau tidak dan aspirasi makanan atau cairan. (Hudak dan Gallo,
1996, hal. 231-233) .
-
Kemampuan Komunikasi
Pasien
dengan Comotio Cerebri disertai gangguan, kemampuan komunikasi bukan tidak
terjadi secara tersendiri. Kerusakan ini akibat dari kombinasi efek-efek
disorganisasi dan kekacauan proses bahasa dan gangguan afasia khusus, bila ada.
Pasien
yang telah mengalami cedera pada area hemisfer serebral dominan dapat
menunjukkan disfasia. Kehilangan kemampuan untuk menggunakan bahasa dalam
beberapa hal bahkan mungkin semua bentuk dari bahasa tersebut. (Hudak dan
Gallo, 1996, hal. 233).
E. Pathways
F. Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
- Manifestasi Klinis Comotio Cerebri menurut Hudak
& Gallo, 1996 :
·
Penurunan
kesadaran beberapa detik, disorientasi dan bingung dalam waktu yang relatif
singkat.
·
Sakit kepala
·
Tidak mampu
untuk berkonsentrasi
·
Gangguan memori
sementara
·
Beberapa
penderita mengalami amnesia retrograd
- Pemeriksaan Penunjang
·
Skan Ct
Mengidentifikasi adanya SOI, hemoragik, menentukan
ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
·
Angiografi
Serebral
Menunjukkan adanya kelainan sirkulasi serebral,
seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, cedera.
·
EEG
Memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya
gelombang patologis.
·
Sinar X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang
(fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan edema),
adanya fragmen tulang.
·
GDA
Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi
yang dapat meningkatkan TIK.
·
BAER (Brain
Auditory E.V, Ok.ed Respons)
Menentukan fungsi korteks dan batang otak.
·
PET (Positron
Emission to Tomography)
Menunjukkaan perubahan aktivitas metabolisme pada
otak.
(Doenges, ME, 2000, hal. 272)
G. Fokus Keperawatan
1. Pengkajian
Dalam pengelolaan pasien dengan comotio cerebri dan
vulnus laceratum, pengkajian yang dilakukan lebih dispesifikkan untuk mencari
data fokus yang mengidentifikasi pada kasus comotio cerebri dan vulnus
laceratum.Data tergantung pada tipe, lokasi dan keparahan cedera-cedera mungkin
dipersulit oleh cedera tambahan pada organ-organ vital. Pengkajian yang
dilakukan yaitu:
- Aktivitas atau Istirahat
Gejala dan tanda
yang muncul diantaranya merasa lemah,
lelah, kaku, hilang keseimbangan,perubahan kesadaran, letarge, hemiparese,
quadreplegia, cedera ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik, masalah
dalam keseimbangan, cara berjalan tidak tegap.
- Sirkulasi
Gejala dan tanda yang muncul
diantaranya perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi) perubahan
frekuensi jantu
-
Integritas Ego
Gejala dan tanda yang
muncul diantaranya perubahan tingkah laku atau kepribadian, cemas, mudah
tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi, impulsif.
- Eliminasi
Gejala dan
tanda yang muncul diantaranya inkontinentia kandung kemih atau usus atau
mengalami gangguan fungsi.
- Makanan atau Cairan
Gejala dan tanda
yang muncul diantaranya mual, muntah, mengalami perubahan selera, gangguan
menelan.
- Neurosensori
Gejala dan tanda yang muncul
diantaranya kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sirkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstremitas. perubahan
dalam penglihatan, gangguan pengecapan dan juga penciuman.perubahan kesadaran
bisa sampai koma, perubahan status mental, Perubahan pupil, kehilangan
penginderaan seperti pengecapan, penciuman, pendengaran, sangat sensitif
terhadap sentuhan dan getaran, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan
dalam menentukan posisi tubuh.
- Nyeri atau Kenyamanan
Gejala dan tanda yang muncul
diantaranya sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda biasanya
lama wajah menyeringai, respon menarik rangsangan nyeri yang hebat, gelisah
tidak bisa beristirahat, merintih.
- Pernafasan
Gejala dan tanda yang muncul diantaranya perubahan
pola nafas, nafas berbunyi, stridor, tersedak, ronkhi, mengi, positif.
- Keamanan
Gejala dan tanda
yang muncul diantaranya cedera baru/cedera karena kecelakaan,fraktur atau
dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan kognitif, gangguan rentang gerak,
tonus otot hilang, demam, gangguan
dalam regulasi satu tubuh.
- Interaksi Sosial
Gejala dan tanda yang muncul
diantaranya afasia motorik atau sensorik,bicara tanpa arti bicara
berulang-ulang, disartria, anomia.
(Doenges, ME, 2000, hal 270-272)
2. Fokus Intervensi
Diagnosa keperawatan pada Comotio
Cerebri adalah :
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan penghentian aliran darah oleh hemoragi, hematoma : edema serebral,
penurunan tekanan darah sistemik atau hipoxia. (Doenges, ME, 2000, hal. 273)
Kriteria
hasil : - Mempertahankan tingkat kesadaran biasa atau
perbaikan.
-
Kognitif dan
fungsi motorik atau sensorik.
-
Mendemonstrasikan
tanda vital stabil dan tak ada tanda-tanda peningkatan TIK.
Intervensi
:
·
Pantau/catat
status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar (misal
Glasgow Coma Scale).
Rasional : Mengkaji
adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan
bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
·
Pantau tekanan
darah, frekuensi jantung, pernafasan
Rasional : Kehilangan
autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal atau
menyebar perubahan pada ritme dapat timbul yang mencerminkan adanya depresi
atau cedera, batang otak, pola nafas tidak teratur dapat menunjukkan lokasi
adanya gangguan cerebral atau peningkatan TIK.
·
Evaluasi
keadaan pupil, catat ukuran, ketajaman, kesamaan antara kiri dan kanan, reaksi
terhadap cahaya.
Rasional : Reaksi
pupil diatur oleh saraf kranial okulomotor dan berguna untuk menentukan apakah
batang otak masih baik.
·
Pantau
pemasukan dan pengeluaran, catat turgor kulit dan keadaan membran mukosa.
Rasional : Indikator
dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan TIK
(Doenges, ME., 2000, hal 45).
Kriteria
hasil : -
Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan
atau hilang terkontrol
-
Mengungkapkan
metode yang memberikan pengurangan
-
Mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi
·
Mempertahankan
tirah baring.
Rasional : Meminimalkan
stimulasi atau meningkatkan relaksasi.
·
Berikan
tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misal : kompres
dingin pada dahi.
Rasional : Tindakan
yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan memperlambat atau memblok respons
simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
·
Hilangkan atau
minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala seperti
: membungkuk, mengejan saat BAB, batuk panjang.
Rasional :
Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala.
·
Kolaborasi
pemberian analgesik
Rasional : Menurunkan atau mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.
c. Resiko tinggi terhadap pola nafas tak efektif
berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler, kerusakan persepsi atau kognitif,
obstruksi, trakheo bronkhial (Doenges, ME, 2000, hal 277)
Kriteria
hasil : Mempertahankan
pola pernafasan normal atau efektif bebas sianosis dengan GDA dalam batas
normal.
Intervensi :
·
Pantau
frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
Rasional : Perubahan
dapat menandakan awalan komplikasi pulmonal atau menandakan lokasi atau luasnya
keterlibatan otak.
·
Catat
kompetensi reflek menelan dan kemampuan pasien untuk melindungi jalan nafas
sendiri
Rasional : Kemampuan
memobilisasi atau membersihkan sekresi penting untuk pemeliharaan jalan nafas.
·
Angkat kepala
tempat tidur sesuai aturannya, posisinya sesuai indikasi.
Rasional
: Memudahkan
ekspansi paru atau ventilasi paru dan menurunkan adanya kemungkinan lidah jatuh
yang menyumbat jalan nafas.
·
Anjurkan pasien
untuk melakukan nafas dalam yang efektif jika sadar.
Rasional : Mencegah
atau menurunkan atelektasis.
·
Auskultasi
suara nafas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara-suara tambahan
yang tidak normal.
Rasional : Mengidentifikasi adanya masalah paru.
d. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan cedera
atau defisit neurologis (Doenges, ME, 2000, hal. 278).
Kriteria
hasil : Melakukan
kembali atau mempertahankan tingkat kesadaran biasanya.
Mengakui perubahan
dalam kemampuan.
Intervensi
·
Evaluasi atau
pantau secara teratur, perubahan orientasi, kemampuan berbicara, alam perasaan
atau afektif, sensorik dan proses pikir.
Rasional : Fungsi serebral bagian atas biasanya
terpengaruh lebih dulu oleh adanya gangguan sirkulasi, oksigenasi, kerusakan
dapat terjadi saat cedera awal atau kadang-kadang berkembang setelahnya akibat
dari pembengkakan atau pendarahan.
·
Kaji kesadaran
sensorik seperti respon sentuhan, panas atau dingin.
Rasional : Informasi
penting untuk keamanan pasien.
·
Berikan
kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dan melakukan aktivitas.
Rasional
: Menurunkan
frustasi yang berhubungan dengan kemampuan atau pola respons yang memanjang.
·
Berikan
keamanan terhadap pasien
Rasional : Agitasi
gangguan pengambilan keputusan.
e. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologis, konflik psikologis
Kriteria
hasil : - Mempertahankan atau melakukan kembali
orientasi mental dan realitas biasanya.
- Mengenali perubahan berpikir atau perilaku.
- Berpartisipasi dalam aturan terapeutik
kognitif.
Intervensi
:
·
Kaji rentang
perhatian, kebingungan dan catat tingkat ansietas pasien
Rasional : Rentang
perhatian atau kemampuan untuk berkonsentrasi mungkin memendek secara tajam
yang menyebabkan dan merupakan potensi terhadap terjadinya ansietas.
·
Pastikan dengan
orang terdekat untuk membandingkan kepribadian atau tingkah laku pasien sebelum
mengalami cedera dengan respon pasien sekarang.
Rasional : Masa
pemulihan Comotio Cerebri meliputi fase agitasi respon marah, dan berbicara
atau proses pikir yang kacau.
·
Pertahankan
bantuan yang konsisten oleh staf atau keberadaan staf sebanyak mungkin.
Rasional : memberikan pasien perasaan yang stabil dan
mampu mengontrol situasi.
f. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan persepsi atau kognitif, penurunan kekuatan atau tahanan, terapi
pembatasan misal tirah baring, immobilisasi (Doenges, ME, 2000, hal. 282)
Kriteria
hasil : - Melakukan kembali atau mempertahankan posisi
fungsi optimal dibuktikan oleh tak adanya kontraktur footdrop.
- Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian
bagian tubuh yang sakit dan atau kompensasi.
- Mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang
memungkinkan dilakukannya kembali aktivitas.
Intervensi
:
·
Periksa kembali
kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi
Rasional : Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan
secara fungsional dan mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan.
·
Kaji derajat
mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0-4)
Rasional : Pasien
mampu mandiri (nilai 0), memerlukan bantuan minimal (nilai 1), memerlukan
bantuan sedang (nilai 2) memerlukan bantuan atau peralatan yang terus menerus
dengan alat khusus (nilai 3) atau tergantung secara total pada pemberi asuhan
(nilai 4).
·
Letakkan pasien
pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
Rasional : Perubahan
posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan
meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.
·
Instruksikan
atau bantu pasien dengan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi
Rasional : Proses
pertumbuhan yang lambat seringkali menyertai Comotio Cerebri dan pemulihan
secara fisik merupakan bagian yang amat penting dari suatu program pemulihan
tersebut.
g. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan
cedera jaringan, kulit rusak, prosedur invasif, stasis cairan tubuh, kekurangan
nutrisi (Doenges, ME, 2000, hal 284).
Kriteria
hasil : Mempertahankan
normotermia, bebas tanda-tanda infeksi mencapai penyembuhan luka tepat waktu
bila ada.
Intervensi
:
·
Berikan
perawatan aseptik-antiseptik, pertahankan teknik cuci tangan yang baik.
Rasional : Cara
pertama untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial.
·
Pantau suhu
tubuh secara teratur, catat adanya demam
Rasional
: Dapat
mengidentifikasikan perkembangan sepsis yang selanjutnya memerlukan evaluasi
dan tindakan segera.
·
Observasi
daerah kulit yang mengalami kerusakan (seperti luka, garis jahitan)
Rasional
: Deteksi
dini perkembangan infeksi.
·
Berikan
antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Terapi profilaktif dapat digunakan pada
pasien yang mengalami cedera (perlukaan)
h. Resiko tinggi terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk mencerna nutrien (penurunan
tingkat kesadaran) kelemahan otot mengunyah, menelan (Doenges, ME, 2000, hal.
285)
Kriteria
hasil : - Mendemonstrasikan
pemeliharaan atau kemajuan peningkatan BB sesuai tujuan
-
Tidak mengalami
tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi
·
Kaji kemampuan
pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi.
Rasional : Faktor ini menentukan pemilihan terhadap
jenis makanan sehingga pasien harus terlindungi dari aspirasi.
·
Auskultasi
bising usus
Rasional : Fungsi
saluran pencernaan biasanya tetap baik pada kasus Comotio Cerebri.
·
Jaga keamanan
saat memberikan makan pada pasien
Rasional : Menurunkan
terjadinya aspirasi.
·
Beri makan
dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan teratur
Rasional : Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi
pasien terhadap nutrisi yang diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien
saat makan.
No comments:
Post a Comment